Masukkan Code ini K1-Y7F151-A
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
Mana mungkin Ngelmu Titen disebut Ilmiah ?

Orang sering menganggap ngelmu titen adalah sebuah pembelajaran atau metode belajar yang tidak masuk akal. Bahkan tidak sedikit yang menyalah-artikan ilmu ini dengan ilmu sihir atau ilmu setan. Namun, pendapat kita perlu dikaji ulang sekarang ini disaat perkembangan ilmu sudah semakin maju: “Apakah memang pada tempatnya kita bersikap sinis terhadap ilmu titen?Apakah layak ngelmu titen ini diberi label ‘musyrik / syirik’padahal fondasi asli dari ilmu ini tidak seperti yang selama ini di-propaganda-kan oleh mereka yang sebenarnya takut sekali pada ketepatan ilmutiten?”  

Niteni dalam bahasa Jawa berarti mengamati, jadi ngelmu titen adalah belajar mengamati. Ilmu titen sendiri adalah hasil pengamatan yang sudah diteliti dan dianalisa. Dalam metode penelitian, observasi atau pengamatan adalah mutlak. Tanpa observasi dan pengamatan maka opini kita hanya menjadi sekadar berandai-andai, hasil khayalan belaka. Saat kita melakukan pengamatan, semua panca indera kita bersatu dengan hukum alam, dan dengan niteni kita mempelajari mekanisme di sekeliling kita. Jadi, ngelmu titen tidak lain adalah belajar untuk mengamati dan menganalisa.

Apa yang diamati dan apa yang dianalisa dalam Ilmu Titen?

Yang diamati dan dianalisa tentunya segala sesuatu yang terjadi. Bagi manusia Jawa, tidak ada yang kebetulan didalam hidup ini – semua kejadian sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, Maha Skenario. Karena tidak ada  yang kebetulan maka pola-pola kejadian didalam kehidupan kita tentunya bisa diobservasi dan diteliti untuk kemudian diambil hikmahnya dan dilakoni nasihatnya. Nah, bagaimana mungkin ilmu yang diambil dari nitenihasil penelitian pribadi ini menjadi ilmiah?

Dalam metode penelitian kualitatif dan kuantitatif, sebetulnya metode niteni adalah metode yang sah untuk mencari atau menggali ilmu secara ilmiah. Bahkan, ilmu-ilmu sosial sangat bergantung pada metode penelitian seperti inisehingga metode ini menjadi jantung penelitian. MisalnyaJean Piaget, bapak teori perkembangan, mengembangkan ilmu psikologi kognitif dengan mengamati dan memantau anak-anak berbagai usia. Beliau mencatat setiap hasil pengamatannyasecara terperinci sehingga ia bisa meneliti ada atau tidaknya hukum sebab-akibat yang konstan pada anak-anak untuk kemudian bisa ia dijadikan sebuah teori. Lalu, hasil analisa beliau – yang didasarkan pada utak atik gathuk– dicatat, dipelajari, dibantah dan diuji hinggapola sebab akibat dari semua variabel yang diteliti tersusun rapi dan jelas. Manusia Jawa juga melakukan pengamatan dan analisa serupa dalam kehidupannya sehari hari, dantanpa disadari, manusia Jawa sebenarnya sudah menjadi ilmuwa otodidak. Tanda-tanda alam dan kejadian-kejadian diperhatikan dan dicatat dalam ingatan pribadi lalu dianalisa dan hasil analisa itulah yang menuntunnya membuat keputusan.

Ilmuwan jaman dulu selalu melakukan eksperimen berdasarkan ilmu titen. Benjamin Franklin menciptakanpenangkal petir setelah dia memperhatikan akibat dari sambaran petir dan meneliti bagaimana cara kerja petir itu. Isaac Newton, sang jenius yang secara “kebetulan”niteni apel jatuh dan itu menuntunnya pada penemuan sebuah teori gravitasi. Semua ilmuwan besar belajar dari alam sehingga mereka tidak hanya mampu menghargai alam raya dan seisinyatapi juga mampu menggunakannya untuk kemajuan kemanusiaan dan peradaban seluruh makhluk. Manusia Jawa sangat percaya akan hal ini.

Apa bedanya ilmuwan sejati dengan manusia Jawa yang niteni secara informal ini? Perbedaan yang utama terletak padakemampuan memilih dan memisahkan variable yang sah dari yang tidak sah, kemampuan analisa dan kedalaman analisa. Semakin tinggi ketiga kemampuan ini maka hasil niteni akan semakin ilmiah dan semakin mantap nafas empiriknya.

Lantas,apakah dengan begitu kita bisa menghakimi bahwa manusia Jawa yang niteni itu primitif,bahwa utak atik gathuk itu tidak ilmiah?Tapi apa bedanya dengan sistim uji korelasi dalam metode penelitian kuantitatif? Jadi, dimana letak kemusyrikannya metode ini? Bukankah yang diteliti juga ciptaan Tuhan?

Memang, banyak pakem yang harus diikuti untukbisa niteni dengan benar supaya tidak terjebak pada penyesatan dan penyelewengan ilmu titen, dan itulah yang harus kita waspadai.
Ingin tahu lebih lanjut? Silakan klik http://achmadbasuki.files.wordpress.com/2008/05/ilmu-titen.doc

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

LimeExchange: Projects

Teman